Monday, January 5, 2015

Lirik Lagu RAN-Dekat Di Hati





Dering telfonku membuatku tersenyum di pagi hari
Kau bercerita semalam kita bertemu dalam mimpi
Entah mengapa aku merasakan hadirmu di sini
Tawa candamu menghibur saatku sendiri

Aku di sini dan kau di sana
Hanya berjumpa via suara
Namun ku s'lalu menunggu saat kita akan ber-jumpa

Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun.. Dekat di hati..
-
Dering telfonku membuatku tersenyum di pagi.. hari
Tawa candamu menghibur saatku sendiri

Aku di sini dan kau di sana
Hanya berjumpa via suara
Namun ku s'lalu menunggu saat kita akan ber-jumpa

Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun.. Dekat di hati..
-
Ho. Hoo..
Aku di sini dan kau di sana
Hanya berjumpa via suara
Namun ku s'lalu menunggu saat kita akan ber-jumpa..

Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun kau dekat di hati
Jarak dan waktu tak'kan berarti
Karena kau akan selalu dihati
Bagai detak jantung yang kubawa kemanapun ku pergi

O.O.Oo..
Meski kau kini jauh di sana
Kita memandang langit yang sama
Jauh di mata namun.. Dekat di hati..
Dekat di hati..
Dekat di hati..




Sumber : http://liriklagulebih.blogspot.com/2014/08/lirik-lagu-ran-dekat-dihati.html

GETAR MALAM RINDUKU

Oleh Eko Putra Ngudiraharjo

Ingin ku gali gundukan itu
Dan mencabut papan nama setiap dukaku
Biarlah nafasku memeluk tentangmu
Puisi-puisi gelap menimangku

Sajak berairmata merangkulku
Dan merambatkan tiap ratap disekitar gelap
Seolah kau utus jangkrik untuk memejamkan lelahku
Nyanyi cerita tentang dahaga merindu
Seolah kau titipkan restumu
Lewat dingin malam menyuap

Mantra-mantra penghapus basah tatapku
Tiap dendang lantun macapat mengiring sendu
Seperti suara hati yang tersampaikan padaku
Bahkan suara gitar berbeda saat anganku

Menuju kenangmu
Getar yang mencakar, melahirkan syair bak
pujangga berlagu
Ini untukmu, itu buatmu, dan doa sebagai bhaktiku




Sumber : http://www.lokerpuisi.web.id/2014/01/puisi-ayah.html

Tuesday, December 9, 2014

Cerpen - Sad Ending


 
 
Author : Fanni salma :)
Judul    : Sad ending



            Ada hari dimana dunia ini dimulai dan tentu akan ada akhir dari segalanya. Aku tau, masih banyak hal yang tak pernah terpikirkan olehku namun tentu saja aku tak pernah menyadarinya. Dari awal aku sangat tau bagaimana perjalanan kehidupan, tak dapat di duga, tak pernah terlintas apa yang akan terjadi selanjutnya hingga tiba saatnya semua terungkap menjadi sebuah kejutan. Kejutan yang mungkin akan merekahkan senyuman atau malah membawamu ke dalam kelaraan. Sama sepertiku, hidup dikelilingi banyak hal yang kelam, seakan akulah penjahat yang terus dikejar polisi. Siapa yang salah di sini? Aku kah? Tidak! Aku tak pernah merasa salam dalam keadaan ini. Aku hanya, aku hanyaa tak mengerti mengapa aku terus saja menjadi korban.
            Serpihan luka itu belum juga habis ditelan bumi, ia semakin membawaku ke dalam dunianya, menyeruakan betapa malangnya aku. Aku menyesal mau saja mencicipi hidup seperti ini, aku bahkan tak pernah berfikir bagaimana bisa aku bertahan dalam kegelapan yang selalu saja menyelimutiku. Aku rapuh! Aku lemah! Aku bukan batu karang yang hanya dapat diam dengan kokoh meskipun diterjang ombak setiap saat, aku hanya manusia biasa yang masih menyimpan sebuah perasaan, perasaan yang tak pernah orang lain mengerti. Hanya aku. Yaa, hanya aku yang dapat memahami hidupku. Bukan orang lain.

----‘

            Satu bulan lalu aku resmi menyandang gelar sebagai anak broken home. Iya, mereka yang menghancurkanku, membuatku harus merasakan pahitnya perjalanan hidupku. Ah, aku baru lima belas tahun! Apa iya harus aku yang mengalami semua ini? Menderita di tengah-tengah kebahagiaan yang seakan membatasiku. Salahkah bila aku ingin memanjat dinding kebahagiaan itu untukku? Aku ingin bahagia. Hanya itu.
“Fy, sampai kapan lo mau jadi pendiem kayak gini? Kita semua kangen sama elo fy.” Aku hanya terdiam, menatap lekat wajah orang di depanku.
“Fy, jawab please!” aku hanya termangu.
“Lo masih mikirin kejadian itu? Itu Cuma masa lalu fy, Cuma kenangan.” Sontak mataku beralih menatap tajam ke arah pemuda ini.
“Apa lo bilang? CUMA? Cuma yang udah bikin gue jatuh kayak gini? Cuma yang udah bikin gue lupa rasanya bahagia? Cuma yang udah bikin gue terpuruk seakan gue nggak guna? Cuma lo bilang?? CUMAA???”sentakku yang tanpa sadar mengejutkanya.
“FY!! Maksud gue bukan itu ... FY! FY!!”
Aku terus berlari meninggalkan pemuda itu. Aku benar-benar kalut. Aku labil. Apa aku bilang? Aku hanya anak umur lima belas tahun yang benar-benar mengandalkan emosi. Aku down. Tuhaannn, aku tau aku merasa beda sekarang tapi haruskah? Haruskah aku menanggungnya sendirian??
“ARGGHH!!!” bersamaan dengan eranganku, hujan turun dengan lebatnya. Membasahi baju seragam yang tengah menempel pada tubuhku.
Kakiku semakin melemas hingga tanpa sadar aku telah tersungkur di tengah-tengah jalan raya yang tentunya telah berlalu lalang segala jenis kendaraan. Mereka terus membunyikan klaksonya sedang aku tak berbuat apa-apa, bukanya aku tak mau namun untuk menggerakkan kakiku saja aku benar-benar tak sanggup, haruskah aku mati di sini? Jika memang itu lebih baik maka aku akan dengan ikhlas menerima takdirku ini. Yang jelas, aku ingin berakhir.
“IFYYY IFFYYY!!!! LO NGAPAIN DISITUU?? IFFYYYY!!!” sebuah teriakan terdengar begitu samar di telingaku. Selanjutnya, semua menjadi .... gelap.


***

Sebuah cahaya menyilaukanku, akku mengerjap sejenak dan mendapati ruangan serba putih dengan jendela terbuka di sebelah kanan ruangan. Sekali lagi, aku tak pernah tau ini dimana. Apa yang terjadi? Aku mulai mencerna kejadian sebelumnya. Ah iya, saat itu aku mendengar seseorang meneriakkan namaku namun belum sempat aku menengok, semua menjadi gelap gulita begitu saja. Lalu? Aku tak ingat apa-apa.
“Lo udah bangun?” aku menoleh ke arah sumber suara dan mendapati pemuda itu tersenyum lega ke arahku.
“Gue dimana?”tanyaku parau. Sepertinya kehujanan itu membuatku sedikit sakit.
“Lo di rumah sakit.”
“Lo sendiri?”tanyaku lagi.
“Enggak...” sejurus kemudian aku mengembangkan senyumku.
“Mama gue lagi nyari makan,”lanjutnya yang membuatku mendengus sebal. Baru saja aku tersenyum tapi ...ah!
“Kenapa?”tanya pemuda itu heran melihat perubahan ekspresiku.
“Gue mau pulang!”ketusku.
“Lo baru aja sadar, nggak mungkin gue ngizinin lo pulang,”balasnya.
“Buat apa?”tanyaku sesak.
“Maksud lo?”
“Buat apa lo bawa gue ke sini? Buat apa yo? Nggak ada yang peduli sama gue yo!! NGGAK ADA!!!” tanpa terasa cairan bening ini terus mengalir tanpa dapat ku cegah.
“Siapa yang bilang nggak ada yang peduli sama elo? Gue peduli sama elo fy!! Peduli!!!” hatiku mencelos.
“Tapi mereka enggak yoo, mereka enggak pernah ngertiin gue, mereka Cuma bisa ngurusin keegoisan masing-masing. Gue benci sama mereka yoo, benciii...” tangisku semakin pecah. Rio –pemuda itu- segera merengkuhku dalam peluknya.
“Ada gue fy, gue,”bisiknya lembut. Aku tak dapat berkata lagi, tenagaku cukup habis karena hujan itu.
Sejurus kemudian aku kembali terlelap, ah ku rasa bukan. Aku hanya memejamkan mata tanpa mempunyai tenaga sedikitpun untuk mengangkat kelopak mata ini. Ku dengar sayup-sayup mama Rio datang dan menanyakan apa yang terjadi.
“Ify kenapa yo?”tanya Mama Manda.
“Tadi Ify udah sadar ma tapi labil lagi gara-gara inget kejadian itu,”jawab Rio dengan lirih.
“Ify akan baik-baik aja, kamu tenang aja.”
“Iya, Rio nggak mau kehilangan Ify ma..” lagi-lagi aku meringis mendengar ucapan Rio. Dia terlalu baik untukku.
“Ya sudah kamu jagain Ify ya, mama mau pulang dulu.” Rio mengangguk.
Gesekan antara high heels mama Manda dengan lantai terdengar sampai ke telingaku. Setelah langkah itu semakin jauh, Rio mendekatiku perlahan lalu mengusap pelan puncak kepalaku. Aku masih belum bisa membuka mata sepenuhnya.
“Gue enggak mau lo terluka, seandainya gue bisa gantiin posisi lo sekarang pasti udah gue lakuin dari awal,”bisik Rio.


***


Hari ini aku akan pulang, ah pulang? Oh lebih tepatnya kembali ke rumah Rio. Tadi pagi aku memaksa mama Manda untuk membolehkanku pulang, ia mengizinkan. Hanya saja aku harus kembali ke rumahnya, ia pasti tau kalaupun aku pulang ke rumah mereka tak pernah memerdulikanku, iya kan? Haha.
“Rio, antar Ify ke kamar.” Rio menganggukan kepala lalu menuntunku ke kamar yang entah aku juga tak tau kamar siapa.
“Ini kamar siapa?”tanyaku kepada Rio.
“Dulu ini kamar gue, tapi karena kak Acel kan menetap di Semarang jadinya gue pindah ke kamar kak Acel. Abisan kamar kak Acel keren, hehe,”jawab Rio polos.
“Kamar lo ya? Bagus,”komentarku. Rio hanya tersenyum.
“Ya udah lo ganti baju dulu sana, gue ambilin lo makan ya terus lo minum obat.” Aku terkikik pelan melihat Rio yang berubah menjadi cerewet.
“Nggak usah, ntar gue ke bawah sendiri, kita makan bareng,”ujarku. Rio mengembangkan senyumnya.
“Sips! Oke nona cantik, gue ke bawah dulu.” Aku mengangguk.
Rio semakin melangkah jauh. Aku menghela nafas panjang, setidaknya aku tak perlu berlagak menjadi orang bego yang tak berguna di neraka itu. Ahh kepalaku masih pusing! Tiba-tiba darah segar keluar begitu mulus dari hidung capingku. Mungkin aku terlalu capek.

-----‘

Biarkan aku bertahan
Meski ini sulit..
Ijinkan aku meraih semuanya
Kebahagiaan

Andai saja..
Aku masih sempat merasakanya
Hingga kini aku sering bertanya
Mengapa harus aku?

Aku menatap pantulan wajahku di depan cermin, memerhatikan wajahku yang semakin tak karuan setiap harinya. Panah-panah lara yang dulu sempat aku hindari selalu kembali menyerangku dari belakang, ah mengapa harus aku? Mengapa harus aku yang terjebak dalam kisah khayal ini? Apa aku pernah melewati suatu kontes hingga kini aku harus bertarung dengan lawanku? Tidak! Aku tak mengerti dengan keadaanku sekarang. Aku semakin... semakin kacau, tak adakah kata yang lebih tepat menggambarkanku sekarang?
“Fy..” aku tersadar dari lamunanku ketika mendapati sebuah suara menyerukan namaku.
“Eh elo yo,”ujarku menatap Rio yang kini berada di ambang pintu.
“Udah cantik, nggak usah merhatiin diri sendiri kayak gitu deh,”canda Rio. Aku hanya terkikik pelan.
“Ayuk makan, mama udah nunggu di bawah.” Aku mengangguk lalu menghampiri Rio dan menguntitnya menuju lantai bawah.
Sesampainya di bawah, sudah ada om Haling dan tante Manda. Mereka tersenyum menyapaku. Lalu aku dan Rio duduk berdampingan. Rio begitu akrab dengan kedua orang tuanya, sama sepertiku dulu. Iya, DULU. Sebelum wanita itu masuk ke dalam hidupku dan menghancurkan segalanya, ia telah merubah total duniaku, seperti sekarang ini.
“Gue ambilin yah fy.” Rio begitu perhatian terhadapku. Cuma dia yang aku kenal saat ini, yaa Mario. Dia adalah idola di sekolahku, bahkan aku sempat terheran mengapa ia mau berteman denganku disaat semua orang mulai menghindariku hanya karena aku broken home.
Mata elang yang selalu nampak ketika menatap matanya. Mata yang selalu memancarkan pandangan teduh, lalu badanya yang seakan mampu mengokohkan semua orang dan terakhir senyum yang terhias seakan memberi kepercayaan akan kekuatanya. Bahkan, kau akan terlihat lemah di depanya.
“Makan fy.” Aku buru-buru mengalihkan pandanganku darinya. Lalu mengangguk dan pura-pura sibuk makan.
“Gue seneng liat lo udah mulai sehat gini,”ujar Rio memandangiku.
“Rioo jangan ngobrol saat makan.” Tante Manda memperingatkan Rio yang terus saja berbicara.
“Iya ma.”
Lagi-lagi aku dibuat iri denganya. Bahkan dulu tak pernah sekalipun Mama menyuruhku diam ketika makan, ia malah membiarkanku berbicara tanpa ia mau mendengar begitu pula papa. Ah dua orang itu beserta wanita itu yang telah membuatku hancur. Aku benci kalian! Dan ternyata aku menyesal telah mengenal kalian.

----‘

Pintaku hanya satu
Bahagia..
Satu kata saja namun cukup berarti
Seandainya aku harus mati
Ijinkan terlebih dahulu aku untuk bahagia
Walau sebentar
Seperti satu tetes hujan
Sesaat namun penuh manfaat

Aku ingin itu..
Satu kali saja...
Sebelum keputus asaan mampu merengkuhku

Aku menatap langit dari balkon kamar Rio. Di sana hanya ada satu bintang, bintang itu sendirian, kesepian dan sepertinya tengah berusaha tegar. Sama sepertiku. Namuna aku dan bintang tentu berbeda, bintang lebih baik dibanding aku, setidaknya sekarang ia mampu mencuri perhatianku ketimbang aku yang tak pernah mendapatkan perhatian dari siapapun. Haahhh, tanpa sadar aku menghela nafas panjang. Kebiasaan yang selalu aku lakukan ketika sedang jenuh. Ya, aku jenuh dengan hidupku sekarang. Sampai kapan aku harus terbenam diantara oran-orang yang sama sekali tak mengerti aku? Aku...ingin mati.
“Bintang nggak sendiri, di sana masih ada bulan yang setia sama bintang itu. Sama kayak aku yang selalu siap jadi tameng kamu.” Aku menoleh dan mendapati Rio tersenyum padaku.
“Gue selalu percaya lo bisa kayak bintang, lo bisa bikin orang lain tersenyum karena kegigihan lo, ketegaran lo dan kehebatan lo yang mungkin orang lain nggak akan bisa seperti elo fy,”ucap Rio tanpa mengalihkan pandanganya dari bintang itu.
“Lihat! Dia emang satu tapi bulan juga satu, itu artinya mereka akan saling melengkapi. Bulan nggak akan berguna kalau nggak ada bintang karena bulan dapet cahaya dari bintang lalu bintang sama aja nggak akan berguna kalau bulang enggak ada, soalnya bintang nggak akan sanggup memancarkan cahaya sendirian untuk tempat seluas ini. Dan gue harap gue sama elo bakalan kayak bintang dan bulan yang saling membutuhkan,”cerocos Rio. Ify hanya terdiam mencerna kata-kata Rio.
“Gue bakalan ada buat lo, kapanpun. Sama kayak tongkat yang selalu menopang seseorang saat dia nggak bisa jalan. Gue rela jadi tongkat buat elo.” Lagi-lagi Ify hanya terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. Namun air matanya kembali mengalir dalam diam, Rio yang melihat malah melanjutkan ucapanya.
“Lo boleh nangis sampe lo puas tapi gue harap setelah itu lo akan selalu tersenyum.”
“Hiikksss, hiikkkss...” tangis Ify semakin menjadi. Hingga lagi-lagi hidungnyaa mengeluarkan cairan merah kental itu.
“Fy.. Ifyy??” Rio panik melihat Ify seperti itu. Dia memeluk tubuh Ify, entahlah ia hanya bingung harus berbuat apa hingga akhirnya ia memutuskan untuk merengkuhnya.
“Pleasee jangan buat gue khawatir,”bisik Rio tepat di telinga Ify.
Namun Rio merasakan tubuh Ify mulai melemas. Mata Rio sontak memanas, ia takut kehilangan Ify. Takut ... kehilangan sahabat sejatinya.

----‘

Satu kali lagi
Aku berucap ingin bahagia
Kembalikan kepingan kebahagiaanku
Walau aku sadar waktuku tak lagi lama
Entah..
Aku seakan tersengat listrik
Terguncang dahsyat
Hingga aku tahu

Tuhan..
Apa kau ingin mengambil nyawaku?

Bau obat dimana-mana, membuatku semakin enggan untuk bernafas. Aku di rumah sakit lagi? Ah kepalaku pusing, ku lirik sebelah kananku dan aku mendapati Rio dan tante manda tertidur di sova. Aku semakin memalukan di depan mereka. Selalu saja menyusahkan malaikat itu.
“Ify? Sudah sadar?” om Haling muncul dari bilik pintu. Sejurus kemudian Rio dan tante Manda ikut terbangun dari tidurnya.
“Ify??” aku hanya tersenyum miris lalu melirik amplop cokelat bertuliskan ‘Alyssa Saufika’ di cover depanya.
“Itu apa om?”tanyaku penasaran. Om Haling mendadak menjauhkan benda itu dariku.
“Enggak, bukan apa-apa fy,”jawab om Haling gugup.
“Tapi tadi Ify liat itu berkas tentang Ify, ada nama Ify kok om,”kataku keukeuh.
“Emm inii...”
“Apa?”
Rio dan tante Manda ikut mendekat. Rio menatap curiga ke arah om Haling begitu pula tante manda. Aku benar-benar tak mengerti, ada apa sebenarnya?
“Om kasih tau tapi Ify jangan kaget yaa...”ucapnya ragu. Aku hanya mengangguk. Pelan-pelan, pria itu mulai membuka amplop cokelat tersebut.
“Kamu, menderita kanker otak stadium akhir dan umur kamu tidak bisa diperkirakan lagi,”ujar om Haling yang mampu membuatku tercengang.
“Om nggak salah?” om Haling hanya terdiam, tak mampu menjawab.
“Nggak! PAPA BOHONG!!! IFY NGGAK AKAN NINGGALIN RIO, PAA!!!!”bentak Rio yang membuatku menoleh ke arahnya.
“Riooo,, stttt diam sayang,”ucap tante Manda lembut.
“Gue nggak mau lo pergi fy, nggak mau,”ucap Rio dengan mata sembab. Aku ikut menangis.
“Kenapa harus gue yo?? Kenapa?? Tuhan jahat sama gue yo!! Gue benci sama semua orang, GUE BENCI YOO!! NGGAK ADA YANG BISA NGERASAIN APA YANG GUE RASAIN!!! GUE BENCIIIIII!!!!!”


***

Bintang dan Bulan
Dua hal yang saling melengkapi
Hanya saja mereka berbeda
Seperti aku dan kamu
Mereka tak akan dapat menjadi satu
Seperti aku dan kamu
Ada saatnya bintang harus pergi
Meninggalkan bulan dengan kehampaan
Dan bintang itu...
Aku


Ify dimakamkan tepat jam 10.00 , linangan air mata sesal terjulur begitu saja. Saat semuanya sudah berakhir, ya kisah Ify telah berakhir. Hanya saja, cinta untuknya seperti alang-alang, tak akan dapat musnah begitu saja. Rio menatap miris nisan bertuliskan “Alyssa Saufika”. Ia tak pernah menyangka bahwa yang ada dalam tanah itu adalah sahabat yang sebenarnya telah menyusup ke dalam hatinya hingga gadis itu mampu membuat ruang pribadi di hati Rio. Apa ia sanggup melupakan semuanya?
“Maaf fy, gue yang selalu bikin lo percaya kalau bahagia buat elo bakalan dateng tapi ternyata nggak semudah ucapan gue. Gue nyesel fy, gue jadi orang bego yang percaya keajaiban. Nyatanya? Keajaiban itu malah ngambil elo, haha. Baik-baik lo di sana,”cerocos Rio.
“Gue janji fy, akan turutin kemauan elo,”lirih Rio lalu mengecup nisan tersebut.
Selanjutnya ia melangkah meninggalkan makam tersebut. Inilah puncak akhir segalanya. Kisah Ify benar-benar kandas. Semua tentangnya adalah masa lalu, secepat dan semudah itukah? Dia memang peran utama namun  ternyata semua peran tak dapat membantunya. Ah..



***

Monday, October 20, 2014

Cerpen "Mencintai Tanpa Dicintai"

Hope You Like Friends :*



~_~
Malang benar nasibku.
Mencintai Tapi tak dicintai.
kata-kata itulah yang sering terucap dari bibirku.
Karena memang itulah yang terjadi.
Aku mencintai seorang cowok dikelasku namun dia sama sekali tidak pernah menyadari hal itu.
Tapi meskipun begitu sungguh berat rasanya untuk menghilangkan namanya dihati dan fikiranku.


Perkenalkan dulu..
namaku Nava Putri Sagiva cukup panggil aku dengan Nava. Aku baru kelas X dan bersekolah Di SMAN 18 Bandung. Disekolah baruku ini aku mempunyai Banyak teman perempuan yang baik-baik dan ada satu temanku yang spesial bisa dibilang dia adalah teman karib yang udah deket sekali denganku meskipun kami baru kenal kurang lebih 5 bulan yang lalu. Kami sering sekali bertukar pikiran dalam segala hal dari mulai masalah sekolah sampai tentang Cinta sekalipun dia adalah Nadia Lestari cukup dipanggil Nadia dan Nadia lah satu-satunya orang yang tau dengan isi prasaan dihatiku. Nah Seseorang cowok yang aku sukai dikelas itu dia adalah bernama M.Dicky Prasetya biasa dipanggil Dicky. Dicky sendiri sudah mempunyai Pacar bernama Rahma anggraini biasa dipanggil Rahma dia adalah siswi kelas sebelah.

***

Aku lagi menangis dibawah sebuah pohon taman sekolah.
 “Nav” Tegur Nadia dari belakang.
“Iya nad” jawabku.
“kenapa kamu nangis ??” tanyanya.

Aku diam dan tidak menjawab pertanyaan dari Nadia. Aku menatap awan putih yang bersih dilangit. Trus batinku berkata “Betapa indahnya awan itu,inginku terbang bersama awan* itu”

“ehh Nav kok kamu malah diam sich ??” Tanya nadia lagi.

“kenapa nad ??” tanyaku santai.
“kamu kenapa nangis ?? apa gara* Dicky lagi ?” ujarnya.
“Dicky ?? enggak Kok.” Jawabku.

“kamu masih suka sama Dicky ??” tanya nadia.
“Tidak tahu nad. Meski aku tau dia bukan siapa*ku dan tidak pernah memperdulikanku, tapi sungguh aku tidak bisa melupakannya. Sulit bagiku untuk bisa menjauh darinya.” Ujarku.

“Tapi Nav,apa kamu tidak  capek seperti ini terus-terusan ??’’ ujar nadia.
“Aku tidak pernah capek kok nad seperti ini dan akupun tidak pernah menyesal Mencintai orang yang sama sekali tidak pernah mencintaiku.” Ujarku.

“Mungkin dia bukan jodoh kamu Nav” ujar Nadia.
“Mungkin sih. Tapi tak ada salahnya kan kalau aku Mengaguminya” ujarku.
“Ya jelas tidak salah Nav, tapi apa kamu tidak pernah berfikir untuk melupakannya demi kebaikanmu ??” tanya nadia.

“Tidak..tidak akan pernah Nad. Aku tidak akan pernah melupakan Dicky dari hidupku. Setiap hari aku selalu menulis sebuah Surat yang berisikan “Doadan Harapanku” lalu aku kirim surat itu lewat Sungai dengan harapan semoga suatu saat Isi surat itu dapat terwujud” Jelasku.
“Yaudah deh,sabar aja Ya Nav,semoga semua ini akan berakhir indah. Aku akan selalu doain yang terbaik buat kamu” Ujar nadia.
“makasih ya nad, kamu memang sahabatku yg baik” Ujarku.

“Sama* Nav.  Tapii kalau aku boleh tanya satu lagi. Apakah kau tidak cemburu melihat hubungan Dicky dengan Rahma yang cukup langgeng. Lagian hampir setiap hari ada beberapa guru yang suka membahas hubungan mereka dikelas kita” Tanya nadia.

“Jujur sebenarnya ada rasa sedih dan cemburu sedikit yang ku alami. Tapi aku ikhlas kok Nad dengan hubungan mereka,Aku rela dicky bersama siapa saja asalkan Dia Bahagia. Lagian aku kan bukan siapa*nya Dicky jadi tak pantas aku buat cemburu padanya.”Jelasku.
“Apa,, kamu relain dicky buat Rahma ??” Tanya nadia lagi.
“Yah jelas.Aku bakal Relain Dicky buat Rahma. Lagian Dicky udah mau senyum saja aku udah seneng. Melihatnya bahagia akupun ikut bahagia. Mungkin aku dan Dicky memang tidak ditakdirkan untuk Bersama. Jika memang benar aku tidak bisa memiliki Dicky. Aku hanya Ingin dia mendengar satu kalimat ini “I LOVE YOU DICKY,KAMU AKAN SELALU ADA DIHATIKU”meskipun dia sama sekali takkan pernah tersentuh oleh kalimat itu.” Jelasku tersenyum dan tak terasa air mata telah membasahi pipiku.
“Sungguh mulia hatimu Nav. Betapa beruntungnya Dicky dicintai oleh seseorang sepertimu Nav tapi kenapa dia tak pernah sadar akan ketulusan Cintamu itu Nav ??” Ujar Nadia.

“Entahlah Nad. Mungkin Cuma kamu yang bilang dia beruntung dicintai oleh orang yang tak berguna sepertiku. Dan pasti jika orang* tau prasaanku ini,mungkin mereka akan mencaciku dan mereka akan berkata “Kau sama sekali TAK PANTAS Buat Dicky”Jelasku terisak karena menangis.
“Sudahlah nav tak perlu kau Tangisi ini semua.Jangan berkata begitu Nav, kita manusia semua sama kok, Cuma kadang* STATUS SOSIAL lah yang membikin dirinya merasa berbeda. Aku Yakin suatu saat nanti kamu pasti mendapatkan Orang yang benar* cocok untukmu sekalipun bukan Dicky orangnya” Jelas nadia sembari menghapus air mataku.

“Makasih Ya Nad, atas semua kebaikanmu kepadaku. “Kamu adalah sahabat terbaikku”Ujarku dan langsung memeluk Nadia.
“Sama* nav. Kamu juga adalah sahabat terbaikku.” Ujar Nadia.
.



@kelasku.
“Sayang,Aku besok Ultah lohh. Kamu inget kan ??” tanya Rahma sedari memeluk Dicky dari belakang.
“Inget kok sayang.” Jawab Dicky.
“Jangan lupa ya, beli kado yang banyak buat aku. Beliin aku baju,make up,jam tangan,dan yang paling penting kamu beliin aku Cincin yang banyak berliannya yaa.” Ujar Rahma manja.
“Iya sayang” Jawab dicky tersenyum namun tampak agak kesal.
“Makasih sayang” Ujar rahma sambil memeluk Dicky.
“saama* sayang” jawab dicky dan membalas pelukan Rahma pacarnya.
Aku yang dari tadi hanya melihat mereka merasa sedih dan kesal. Aku sedih karena melihat kemesraan mereka namun aku kesal melihat Rahma pacarnya Dicky karena dia sangat berlebihan meminta sesuatu pada dicky. Tapi aku hanya bisa diam karena Toh rahma memang pacarnya dicky dan aku bukan siapa* dicky. Lalu batinku berkata “kenapa sich aku selalu  sedih melihat kemesraan mereka,apa karena  aku udah Terlalu sayang sama dicky. Ohh Tuhan bantu aku..:(“.



***

Keesokan harinya.
@kantin.
“Sayang...” Panggil seseorang pada Dicky dan langsung memeluk Dicky.
“Ohya HBD ya sayang,semoga kamu menjadi wanita yang lebih baik dan baik lagi dan semoga hubungan kita langgeng selalu”Ujar Dicky pada seseorang tadi yg ternyata adalah Rahma pacarnya.
“makasih sayang. Kadonya mana ??” ujar Rahma.
“ini semua kado buat kamu” Ujar dicky sambil memberikan kado* pada Pacarnya.
“Lah kok Masih kurang sich sayang ??” tanya Rahma yg mengacak-ngacak kadonya mencari cincin berlian yg dipintya kemarin.

“Kurang ?? Udah cukup kok sayang, aku sudah beliin semuanya buat kamu” Jawab dicky tersenyum.

“Cukup kamu Bilang ?? Kan kemarin aku minta Cincin yang banyak berliannya ??” Jelas Rahma.
“Maap sayang aku tidak bisa beliin kamu cincin itu sekarang, harganya mahal. Uangku sudah habis buat beliin semua kado ini” Jelas dicky memelas dan memohon maaf.


“Kamu Jahat. Kamu memang tidak sayang sama aku. Dihari ulang tahunku kamu malah ngecawain aku. Aku minta dibeliin Cincin berlian saja tidak dikasih” Ucap Rahma kasar.
“Bukannya gitu sayang. Kalo kamu ngak percaya. Kamu lihat nich dompet aku.Isinya Cuma tinggal beberapa ratus Ribu.” Jelas Dicky.
“Arggh Shiit. Kamu memang laki-laki yang tidak berguna. Menyesak aku pacaran sama kamu !!” Ujar Rahma.

“Tapi sayang...” Ucap Dicky.
“Udah Jangan panggil aku sayang. Aku tidak sayang sama kamu. Mulai sekarang kita PUTUS.” Ujar Rahma dan pergi meninggalkan dicky sembari membawa semua kadonya.
“Dasar cewek matre,egois” Ujar Dicky kencang.

Aku yang daritadi duduk bersama nadia disebelah meja Dicky hanya diam membisu melihat pertengkaran mereka.
“Dic, aku ngak bakal minta apa* dari kamu termasuk perhiasan dan lain*. Aku hanya minta cinta kamu aja. Apa itu salah ?? aku cinta kamu hanya karena kamu baik,pintar,berjiwa pemimpin,lucu,ceria dan ngak sombong bukan karena kamu anak orang kaya. Aku tidak pernah melihatmu dari fisik ataupun harta, Aku Tulus sayang sama kamu.” Ucapku dalam Hati sedari menangis.


“kamu kok nangis sich Nav ?? Tanya Nadia heran yang melihatku menangis.
“Emz gpp kok Nad,aku hanya kelilipan” jawabku berbohong dan menghapus air mata dipipiku.
“Oh yaudah deh” jawab Nadia percaya.


***
hari ini adalah hari Perpisahan kakak-kakak kelas. Jadi kami sebagai adik kelas harus ada yang mewakili untuk mengisi acara. Yang dipilih ternyata aku. Aku pun udah bersiap-siap untuk tampil membawakan sebuah Puisi.
Dan tiba saatnya dimana aku akan segera tampil. Akupun sudah berada diatas panggung.
“Haii semua. Puisi ini aku persembahkan buat orang yang tidak bisa aku Lupakan. Ku persembahkan Puisi ini untukmu cintaku” ucapku.

“Antara ada dan Tiada”
Setiap ku melihatmu...

Kau Terasa dihati..
Kau punya segalanya..
Yang aku impikan..


Kenanganku tak henti..
Sejak tentang bayanganmu..

Walau ku tahu..
kau tak pernah anggap aku ada..

Ku tak bisa menggapaimu..
Takkan pernah bisa..

walau sudah letih aku..
Tak mungkin lepas lagi..


Kau hanya mimpi bagiku..
tak untuk jadi Nyata..

Dan segalanya rasa buatmu..
Harus padam dan berakhir..
Kau tahu KU rasa Hadirmu ANTARA ADA Dan TIADA.

“terima kasih” ujarku dan tak terasa air mataku pun jatuh membasahi pipiku.
Prokk..Prokk...prok..
Tepuk tangan penonton yang melihatku membaca puisi tadi.
“Puisi tadi Kupersembahkan hanya untuk Dicky” ujarku dalam hati sembari turun dari atas panggung.

Ketika aku mau turun dari panggung..
Tiba-tiba ada yang menarik tanganku dan membawa ku ketaman belakang sekolah.


“Dicky ??” Ucakpu kaget.
“Kamu suka sama aku ??” tanya Dicky.
“NGAK” jawabku singkat.

“Puisi tadi buat aku kan ??” Ujar Dicky.
“Bukan” jawabku.
“udahlah jangan Bohong. Aku sudah tau semuanya” Ujar Dicky.
“maksud kamu ?” tanyaku.

“Aku tahu, kamu suka sama aku kan ?? aku tau itu dari nadia sahabat kamu” ujar Dicky.

“Kalau iya emang kenapa ?? sekalipun aku jujur sama kamu, kamu pasti tidak akan pernah bisa suka sama aku kan ??. jadi percuma saja aku ungkapin” jelasku menangis.
“sekarang aku baru sadar ternyata ada orang yang mencintaiku dengan sangat tulus. Meskipun aku tidak mencintaimu tapi Jujur aku sangat menghargai perasaanmu. Mungkin butuh waktu yang lama agar aku bisa mencintaimu.” Ujar Dicky.

“Sudahlah kamu tidak perlu menghargai Cintaku padamu. Terima kasih atas kebaikanmu. Tapi kamu tidak perlu nunggu waktu lama-lama kok, karena aku sudah tidak cinta sama kamu. Ngapain juga aku Cinta sama kamu ?? karena pasti ujung-ujungnya kamu tidak akan pernah Suka apalagi Cinta sama aku dan hanya akan membuat hatiku sakit.” Jelasku menangis dan pergi meninggalkan Dicky ditaman.

Dicky hanya terdiam membisu. Dia tidak bisa berkata-kata lagi dan dia juga tidak bisa menghalangi keinginan Nava.
“terima kasih Nav kamu sudah cinta sama aku, tapi untuk sekarang aku belum bisa melupakan Rahma mantanku dan akupun belum bisa menerima kehadiranmu dihatiku.” Batin Dicky.

“Sebenarnya aku masih sayang sama kamu Dic dan Cinta n sayang ini tak akan pernah hilang sampaiku menutup Mata. I Love You Forever M.Dicky Prasetya” Ujarku dalam hati.

_-The End-_


Sumber ; http://nadrasaputri.blogspot.com/2013/09/cerpen-mencintai-tanpa-dicintai.html

Ketika Sahabat Jadi Cinta

Dina Bergegas menyetater motor kesayanganya untuk segera melaju ke rumah Reno, sahabat dekatnya sedari duduk di bangku SD. Ia Berencana melakukan belajar Fisika bareng di rumah Reno. Belajar bersama dengan Reno merupakan kebiasaan Dina Sejak duduk di bangku SMP dan kebiasaan itu awet hingga mereka kelas XII. Memang Reno termasuk anak yang cukup cerdas dalam bidang fisika di kelasnya.
Pada saat belajar bersama itu mereka juga ngobrol banyak hal tentang hal yang lagi ngetrend di kalangan anak muda, berita berita tentang ranah politik, sampai ngegosip tentang temen temen satu sekolahan, tak luput dari perbincangan mereka. Tapi sayangnya mereka berdua tak pernah membicarakan tentang yang namanya cinta. Bagi Dina dan Reno Cinta bisa dicari sesudah kita mencapai kesuksesan, cinta menurut mereka berdua juga termasuk hal yang dapat mengganggu pendidikan mereka nantinya. Mereka berdua juga sedang bersiap siap menghadapi ujian nasional yang sudah di depan mata.
“Din, kamu pernah ngerasain cinta?” tanya Reno di sela sela waktu belajar bareng mereka
“Emmm.. Belum tuh..” kata Dina santai.
Dalam hati Dina heran mengapa reno bertanya seperti itu, padahal selama mereka bersahabat Reno tak pernah bertanya apapun yang berhubungan dengan cinta.
“Jadi, kamu belum pernah ngerasain gimana rasanya cinta pada pamdangan pertama dong?”
“Hahahaha kenapa sih kamu Ren? jatuh cinta yah?”
“kamu gimana sih Din, Ditanya malah balik nanya, pake ketawa lagi”
“Udah deh sekarang bukan waktunya mikirin cinta, cinta dan cinta, belajar aja dulu buat ngadepin UN”
Reno hanya menanggapi ucapan Dina dengan senyum simpulnya
Sejak Dari SMP Reno udah ada rasa kepada Dina, yang sejak SD sudah jadi sohib sejatinya, tapi ia tak pernah mengutarakanya kepada dina, ia takut jika ia mengatakan yang sebenarnya itu bisa merusak persahabatanya yang dibangun sejak mereka masih ingusan. Reno juga tau bahwa prioritas utama Dina adalah menjadi orang sukses di kemudian hari. Dina juga tak pernah kepikiran mau pacaran, menurutnya itu hanya dapat menghambat sekolahnya. Maka dari itu sampai sekarangpun Reno tak berani mengutarakan rasa cintanya kepada Dina da hanya mencintai Dina sebatas dalam diam.
“Din, kenapa akhir akhir ini kamu sering muncul di pikiranku, bahkan mimpiku?” kata reno bicara sendiri
“Kenapa rasa ini terus saja bertambah, padahal aku berusaha tidak menghiraukan rasa ini, dan lebih mementingkan pelajaranku dibanding rasa cinta ini padamu? tapi, kenapa semakin aku berusaha menghilangkan rasa sayang ini, bayanganmu semakin kuat di benakku? apa kamu merasakan hal yang saat ini ku rasakan? aku takut rasa cinta ini nantinya membuat persahabatan kita hancur”
Malam itu ia tak bisa tidur, Reno terus terbayang oleh wajah cantik Dina.
Ujian Yang ditunggu tunggu pun tiba, 3 minggu sebelum ujian berlangsung, mereka sering belajar bersama, tak jarang mereka juga saling memotivasi satu sama lain. Seiring seringnya ia Reno bertemu, tak tau kenapa cinta itu juga semakin kuat, tak bisa ia hilangakan, tapi Reno tetap menomor dua kan perasaanya itu. Ia juga yakin pasti ada waktu yang pas untuk mengutarakan perihal perasaannya terhadap Dina. Toh kalau jodoh nggak akan kemana mana kan?
“Makasih reno, atas ilmu yang kamu ajarkan sama aku, juga motivasi motivasimu” Kata Dina girang
“hahahaha iya iya sama sama, terimakasih juga udah ngajarin aku. syukur alhamdulillah ya din, kita lulus ama nilai yang memuaskan” Kata Reno tak kalah Girang
“iya iya.. duuuh.. emang kamu sahabat terbaikku” kata dina, seraya mendaratkan pelukan manis di tubuh Reno
Sontak Reno terkaget kaget dengan apa yang Dina lakukan.
“Aku sayang kamu lebih dari sahabat din, aku cinta padamu, apa kamu tak merasakan itu semua?” dalam hati Reno Berkata.
Tiba tiba Hp Reno berbunyi, ternyata Dina yang menelponya. Ia mengajak Reno ke perpustakaan kota untuk mencari sebuah buku, Reno pun meng iyakan ajakan Dina.
Di tengah diskusi mereka tentang suatu hal yang dimuat dalam buku yang diambil Dina, Reno tak henti hentinya memandang muka Dina yang kelihatan manis itu.
“Dina, aku mau ngomong sama kamu” kata Reno
“iya, ngomong aja, emang mau ngomong apaan?” sahut Dina Santai
“Aku sayang kamu dari SMP, tapi maaf aku baru bilang sekarang. Mau nggak kamu jadi pacar aku?” kata kata itu pun keluar dari mulut Reno.
“Jangan bercanda ah..” Dina membalas
“Enggak aku nggak bercanda, ini serius. Gimana kamu mau?”
Suasana pun mendadak hening
“Sebenernya aku juga sayang sama kamu dari dulu, dan iya.. aku mau jadi pacar kamu”. Jawab Dina malu malu
“Tapi.. maaf sebelumnya aku nggak ngasih tau tentang hal ini. aku 5 hari lagi mau berangkat ke Australia. Aku keterima kuliah disana” Lanjut Dina
Wajah Reno mendadak kaget
“Syukur dong kalo gitu, itu kan salah satu impian kamu. Kalau Urusan hubungan kita, jangan khawatir aku selalu jaga sayang ini, dan akan selalu nunggu kamu sampai kamu pulang nanti”
“Terimakasih ya pengertianya no, aku juga akan jaga sayang aku ke kamu, walaupun dalam kejauhan”
TAMAT
sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-cinta/ketika-sahabat-jadi-cinta.html

AKU RELA...

“Assalamualaikum, Indah kamu lagi ngapain sekarang, lagi santai nggak?”
“Waalaikum salam, enggak kok, enggak ngapa ngapain, emang ada apa sih?”
“Aku mau ke rumah kamu ya sekarang, aku mau curhat sama kamu, lama kagak curhat, bolehkan?”
“Oh, gitu ya, ya udah deh cepet ke sini Tia. Aku juga sekalian mau curhat juga”
“udah dulu dadaah”
Tak beberapa lama kemudian Indah pun datang ke rumah sahabatnya itu. Mereka mulai ngobrol asik di kamar Indah. Mulai dari FashionFilm filmKorea, sampai lagu lagu yang lagi ngehits sekarang. Seusai basa basinya Tia mulai menuju pokok pembahasan, yaitu mau curhat.
“Eh indah, udah dulu ya basa basinya, aku mau curhat nih, udah nggak tahan tau nyimpen perasaan ini sendirian”
“iya deh iya silahkan, habis kamu gantian aku ya yang curhat ya”
Hal yang akan indah bicarakan ialah soal cowok, Zafran namanya, mungkin bisa dikatakan bahwa sedang ada benih benih cinta di hati Indah. Zafran adalah teman satu sekolahnya, tapi beda kelas. Jika Indah duduk di kelas XI IPA 1 sedang Zafran di kelas XI IPa 2, tampangnya memang manis dengan senyuman khasnya ditambah kedua lesung yang berada di kedua pipi manisnya, sebenarnya bukan fisiknya yang membuat Indah menaruh hati padanya, melainkan sifat kesederhanaan dan kealimanya. Zafran tampaknya tak pernah absen melakukan sholat dzuhur di masjid sekolah, ia juga rutin melakukan sholat sunnah dhuha pada saat jam istirahat berlangsung. Di masjid itulah Indah pertama kalinya bertemu dengan Zafran, juga saat itu pula mereka saling bertatapan mata. Karena kebiasaan indah berkunjung ke masjid untuk sholat dhuha dan tatapan mata Zafran yang tajam itulah tumbuh benih benih cinta di hati Indah.
“Aku mau cerita soal perasaanku saat ini, aku lagi fall in love. Udah sekitar satu bulanan sih ya, tau nggak ndah aku tadi saling tatap muka loh sama dia, dan tau nggak ndah dia tiba tiba senyum loh sama aku. Subhanallah aku serasa terbang ke angkasa”
Indah mengangguk-anggukan kepala serta menyimak dengan seksama apa yang sahabatnya katakan itu
“ya allah senyumnya itu loh yang buat aku klepek klepek ama dia, tapi sayangnya aku sama dia nggak pernah ngobrol secara langsung sih. Eh mau kan nanti kamu comblangin aku sama dia, mau ya pliiis”
“Insyaallah apa sih yang engga buat temen KAYAK kamu hihihi”
“Nah gitu dong.. makasih ya”
“Eh, gimana mau ngecomblangin kamu sama cowok tadi kalo aku nggak tau namanya. Emang siapa sih? anak kelas berapa? kepo nih aku?”
“hahaha iya juga sih, namanya Zafran, anak kelas XI IPA 2 yang alim itu looh, dia katanya juga sering ke masjid waktu istirahat, masak kamu nggak kenal sama dia?”
Deg. Indah seketika kaget tak percaya, seakan ada petir menyambar ubun ubun kepalanya, ia tak percaya dengan nama yang disebutkan oleh Tia barusan.
“Apa? Za.. za.. zafran?”
“iya, Zafran kamu kenal?”
Indah terdiam, menata hatinya, yang kini mungkin hancur berkeping keping, tak menyangka akan jadi seperti ini, memang bumi itu sempit.
“Astaghfirullah indah kenapa bengong kaya begitu sih, mungkin wajahnya udah familiar buat kamu, kan dia sering nongol di masjid sama KAYAK kamu”
Indah hanya terdiam dan tak mengeluarkan sepatah kata pun.
“Nah sekarang giliran kamu buat cerita sama aku, katanya mau cerita soal cowok juga, gih cepet cerita jangan bikin aku mati penasaran”
“i.. i.. iya deh aku cerita” Indah kebingungan mau cerita tentang siapa. Ia tak mungkin cerita tentang Zafran kepada Tia, bisa bisa persahabatanya hancur gara gara masalah sepele KAYAK beginian.
“emm.. itu.. itu loh, si Joddy kok nggak ada bosen bosenya ya ngeliatin aku terus kalo di kelas, aku kan risih diliatin terus. Lagian dia kan udah punya cewek” Indah terpaksa berbohong
“Ya allah, cuma itu doang toh, yang mau kamu ceritain ke aku”
Tak tahu kenapa setelah Tia cerita tentang Zafran waktu itu, kini Indah sering sekali bertatap mata dengan Zafran, sering tersenyum manis denganya juga tak jarang Zafran sering mengucapkan salam kepada indah ketika indah sedang berada di teras masjid. Begitu juga dengan Tia, akhir akhir ini Tia sering bercerita soal Zafran kepadanya, dan membuat dada Indah semakin sesak karena cerita Tia.
Dalam tidurnya Indah bermimpi tentang Zafran, tentang salam khas dari mulut manis Zafran yang diucapkan dengan ketulusan dan senyum khas dari mulutnya. Mimpi itu pun sampai membangunkan ia dari tidurnya. Sayangnya ia tak bisa tidur lagi ditambah entah mengapa kepalanya terus memikirkan Zafran dan sahabatnya Tia.
Jam menunjukkan pukul 03.15 tengah malam, Indah memutuskan untuk mengambil air wudlu dan melaksanakan sholat sunnah tahajud agar diberikan ketenangan hati, dan juga diberikan kerelaan hati untuk melepaskan rasa sayangnya kepada Zafran demi sahabatnya. Dalam sujud khusyuknya itu Indah sempat meneteskan air mata.
“Ya allah yang maha pengasih juga maha penyayang, berilah hamba ketenangan hati, juga berilah hamba kekuatan untuk meghadapi cobaan cobaanmu ya robb. Ya robb engkau tahu apa yang terbaik buat hamba, jika Zafran Engkau takdirkan menjadi Imamku kelak, maka dekatkanlah dia untukku, dan ku mohon jangan biarkan cobaan ini membuat persahabatan hamba dengan Tia hancur. jika memang Zafran engkau takdirkan bukan untuku maka tolong jauhkanlah. Berilah hamba jodoh yang terbaik ya robb, yang bisa menjadi imam hamba fiddunya wal akhiroh.”
Tak sadar air mata Indah meluncur dari mata mungilnya.
“Tia sahabatku, aku rela melepaskan rasa sayang ini untuk kebahagiaanmu dan juga kebaikan persahabatan kita, Allah tau yang terbaik buat semua hambanya, Jika Zafran memang diciptakan menjadi imam untukmu aku rela melepasnya karena allah”
sumber : http://cerpenmu.com/cerpen-cinta-segitiga/aku-rela-2.html